Bencana kabut asap di Riau sudah menimbulkan stres dan kecemasan bagi anak-anak


Di Kota Pekanbaru dan sekitarnya para orang tua saat ini merasa cemas dan khawatir. Karena anak-anaknya sudah mulai stres akibat terpapar asap yang terjadi daerahnya, semenjak tiga bulan terakhir.

Warga Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, Jasmaniar (45) mengatakan, dampak dari asap berimbas jadi beban mental kepada anaknya, Keysa (10). Keysa sekarang ini duduk di kelas V sekolah dasar (SD).

"Kondisi darurat asap yang semakin bertambah pekat ini, sudah menimbulkan stres dan kecemasan pada anak saya, yang ditunjukkannya dalam bentuk kegelisahan, mengeluh sakit di dada, mimpi buruk, mengigau, demam tinggi," tutur Jasmaniar (45).

Padahal pada bulan Oktober ini anak-anak sedang menghadapi ujian tengah semester (UTS). Setelah pulang sekolah, mereka justru mengeluh UTS tidak bisa dikerjakan dengan baik, imbuh Jasmaniar.

"Bagaimana aku bisa lulus UTS mama, kepalaku pusing, perut mual-mual mau muntah rasanya. Membaca soal itu saja aku tidak bersemangat," ucap Jasmaniar menirukan kata-kata dari anaknya Keysa.

Seorang ibu bernama Hafifah (38) juga mengatakan, anaknya sering berperilaku sulit atau tidak kooperatif, ketakutan, dan lainnya sebagai dampak dari risiko terpapar asap.

Seharusnya semua pihak sadar bencana asap sudah menimbulkan banyak kerugian, sehingga pembakaran lahan dan hutan tidak lagi dilakukan, tambah Jasmaniar.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Sjafril mengatakan, orangtua atau pengasuh sedapat mungkin harus mempertahankan rutinitas keluarga biasa dilakukan.

"Orangtua agar dapat lebih memberikan perhatian, membantu ekspresi anak misalnya melalui kegiatan musik, seni, membuat buku harian, memberikan pelukan, serta lebih sabar dalam menghadapi tingkah laku anak yang tidak biasa seperti ini, akibat terpapar asap itu," ucap Andra Sjafrial.

Andra Sjafrial juga mengatakan, asap terdiri dari organik partikel yang sangat kecil, droplet cairan, dan gas seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), dan bahan organik volatil lain, seperti formal dehida dan akrolein. Tapi kandungan sebenarnya ialah bahan yang terbakar.

Pengaruh asap terhadap kesehatan anak, sambung Andra Sjafrial, paling umum yakni iritasi mata dan saluran pernapasan, penurunan fungsi paru, dan pemburukan penyakit paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya (seperti asma). Inflamasi (pembengkakan) paru dan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah karena menghirup asap bisa menyebabkan sesak napas, napas cepat, wheezing, batuk, rasa panas atau terbakar pada saluran nafas dan mata, nyeri dada, pusing atau berkunang-kunang, dan gejala lainnya.

Andra Sjafrial juga pesimis dengan langkah mengungsikan anak-anak. Karena menurutnya, Sumatera sudah dikepung oleh asap. Berbeda dengan banjir, warga bisa diungsikan ke tempat yang tidak terendam air.

Walaupun demikian, imbuh Andra Sjafrial, bagi anak-anak yang rentan terhadap risiko terpapar asap, terutama anak usia di bawah sepuluh tahun, ibu hamil, lansia, penderita penyakit jantung, paru-paru, disarankan untuk tidak ke luar rumah.

"Ada yang lebih memprihatinkan dengan lansia yang masih bekerja mencari nafkah di luar rumah. Lalu bagaimana bisa kita menyarankan mereka untuk tidak ke luar rumah?" kata Andra Sjafrial.

Namun, untuk mengurangi terpapar asap, Andra Sjafrial menyarankan sebaiknya tetap di dalam ruangan, dengan jendela dan pintu tertutup. "Tutup tiap ada akses ke luar ruangan, air conditioner (AC) dalam mode "re-circulate", ganti filter secara teratur," saran dari Andra Sjafrial.

"Saat ada periode berkurangnya asap, buka ventilasi-ventilasi rumah, bersihkan rumah dari partikel debu yang sudah sempat menumpuk di dalam rumah," imbuh Andra Sjafrial.
LIKE & SHARE

0 Response to "Bencana kabut asap di Riau sudah menimbulkan stres dan kecemasan bagi anak-anak"