Lagi-lagi nilai tukar Rupiah kembali ditutup melemah dibanding dengan kemarin. Pada hari ini, Selasa 25 Agustus 2015, Rupiah ditutup pada posisi Rp 14.060 per USD.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa merosotnya nilai tukar Rupiah tidak cuma disebabkan karena faktor eksternal. Kondisi perekonomian dalam negeri juga turut serta memicu terpuruknya Rupiah. Besarnya dana asing dalam sistem perekonomian nasional membuat Rupiah rawan goyah.
Besarnya dana asing bisa terlihat dari Surat Berharga Negara (SBN) dan Surat Utang Negara (SUN) yang capai 38 persen.
"Tidak harus persoalan Yuan ini yang harus didengungkan, Rupiah sudah rentan kalau soal kurs. Terlalu besar dana asing di dalam ekonomi kita," ungkap Darmin Nasution di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa 25 Agustus 2015.
Apabila dibandingkan dengan beberapa negara, persentase dana asing di surat berharga Indonesia memang terbilang tinggi. Di India kepemilikan asing pada surat berharganya cuma 7 persen, Brasil 20 persen, Korea Selatan 16 persen dan Thailand 14 persen.
Sedangkan dana asing di SBN Indonesia berdasarkan data bank sentral, pada bulan April lalu kepemilikan asing pada SBN pernah mencapai 40 persen, turun jadi 37 persen dan kembali naik menjadi 38,8 persen.
Selain SBN, kata Darmin Nasution dana asing juga menguasai pasar modal Indonesia. Bahkan persentasenya capai 60 persen.
"Kalau sebanyak itu asing, itu artinya apa? Batuk sedikit ya keluar dia, kita goyah," terangnya.
Meskipun begitu, Darmin Nasution mengakui bahwa Indonesia tetap membutuhkan dana asing untuk investasi di segala bidang dan memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Karena itu cadangan valuta asing di Indonesia tetap terjaga.
"Jadi tidak ada jalan lain, jawaban sebenarnya ialah masuknya uang dari luar," katanya.
LIKE & SHARE
0 Response to "Darmin Nasution : Besarnya dana asing dalam sistem perekonomian nasional membuat Rupiah rawan goyah"
Posting Komentar