Perjuangan Bripda Taufiq berangkat ke Polda dengan berlari


Belum lagi selesai adzan subuh berkumandang, Bripda Taufiq Hidayat sudah bersiap dengan seragam cokelat kebanggaannya. Selesai shalat, dengan diam-diam dia menyelinap keluar dari rumahnya, kemudian mulai berlari menuju tempatnya bekerja di Polda DIY.

Jalan masih gelap gulita ketika dia menyusuri jalan raya yang sepi. Keadaan perut yang masih kosong dan udara dingin tidak menjadi halangan.

Baru seperempat perjalanan keringat sudah bercucuran. Kemudian dia memperlambat larinya sebentar. Setelah energi terkumpul kembali, lalu dia menarik nafas dalam-dalam dan mulai berlari kencang kembali. "Sekitar satu jam baru sampai sini (Polda)," ungkap Bripda Taufiq.

Pada hari itu apes, dia terlambat lagi ikut apel. Terpaksa dia menerima hukuman dari komandannya. "Saya sudah biasa sejak awal, lari dari rumah ke Polda, kadang-kadang saja nebeng teman. Terlambat ya resiko, makanya harus berangkat pagi," jelasnya.

Pertama kali dia berlari dari rumahnya di Jongke Tengah, Sendangadi, Mlati, Sleman menuju Polda DIY waktu dia mau mendaftar tes polisi.

"Sejak pendaftaran saya sudah jalan kaki, enggak punya motor. Sebenarnya ada motor satu di rumah, tapi dipakai bapak kerja," ungkapnya.

Karena beberapa kali terlambat, komandannya menanyakan alasan kenapa Bripda Taufiq sering terlambat. "Saya bilang nggak punya kendaraan, jadi harus lari dari Jongke ke sini," jelasnya.

Melihat kondisi Bripda Taufiq, Wadir Sabhara Polda DIY, AKBP Prihartono merasa tersentuh. Terlebih lagi setelah mengetahui rumah Bripda Taufiq yang berada di tengah-tengah kandang sapi.
Dia akhirnya meminjamkan sepeda motor miliknya untuk dipakai Bripda Taufiq sehari-harinya. "Saya pinjamkan motor pribadi saya, bukan membeda-bedakan dengan yang lain, tapi cerita Taufiq membuat saya bangga, perjuangannya untuk menjadi seorang polisi benar-benar luar biasa. Tidak hanya tidur di kandang sapi, jalan dari rumahnya ke Polda aja dia lakukan," terangnya.

Walaupun sudah dipinjami sepeda motor, Bripda Taufiq tetap memilih tidur di Polda. Alasannya bukan karena takut terlambat, tapi dia merasa kasihan melihat ayahnya yang tidur di bak mobil.

"Kalau saya tidur di rumah bapak tidur di luar, saya mending tidur di Polda biar bapak tidur di dalam rumah. Tapi kadang-kadang juga kepikiran adik-adik saya, tidurnya gimana di sana, apalagi kalau hujan," ungkapnya.

Walaupun tidur di Polda, dia tetap menjenguk ayah dan adik-adiknya. Hampir setiap hari selesai jam kerja, dia pulang ke rumah untuk melihat ayah dan adik-adiknya. Dia juga menyempatkan diri untuk mengawasi adiknya belajar. "Iya kalau ada PR saya kadang bantu sebisanya, membimbing saja," pungkasnya.
LIKE & SHARE

0 Response to "Perjuangan Bripda Taufiq berangkat ke Polda dengan berlari"