Raut wajahnya langsung berubah muram pada saat dimintai komentar tentang kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Dia benar-benar kecewa dengan keputusan Presiden Joko Widodo tersebut.
Belum cukup sebulan Joko Widodo Selasa malam pekan lalu mengumumkan harga baru untuk bensin premium dan solar. Kedua bahan bakar tersebut sama-sama naik Rp 2 ribu. Premium menjadi Rp 8.500 per liter dan solar Rp 7.500.
"Ternyata semua presiden sama saja. Baru naik udah naikin harga BBM (bahan bakar minyak)," ungkap Yuni, buruh cuci yang berupah setengah juta rupiah. Dia menambahkan tadinya menaruh harapan besar kepada mantan gubernur Jakarta dan wali kota Solo tersebut.
Sudah dari awal dia kepincut dengan Joko Widodo yang digambarkan oleh berbagai macam media sebagai pemimpin prorakyat, dekat dengan rakyat, dan sederhana. Dia mulanya yakin jika Joko Widodo terpilih bakal memperjuangkan nasib rakyat kecil seperti semboyan partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), membela wong cilik.
Sampai-sampai selama masa kampanye tercipta lah slogan Jokowi adalah kita atau rakyat. Lewat slogan tersebut, tim kampanye ingin meyakinkan pemilih Jokowi adalah rakyat dan dekat dengan rakyat.
"Tapi sudah kepilih, dia malah susahin rakyat," ungkap ibu empat anak itu.
Anggota Komisi VII Bidang Energi Dewan Perwakilan Rakyat Aryo Djojohadikusumo menyesalkan keputusan pemerintah tersebut. Dia menyebut pengalihan subsidi BBM menjadi Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera tidak relevan.
Dia menyebut kenaikan harga bahan bakar bersubsidi ini berlawanan dengan harga minyak dunia yang turun. "Di seluruh dunia harga minyak turun, kenapa Indonesia satu-satunya negara yang menaikkan harga BBM. Tidak ada logika ekonomi dan logika pasar," ungkapnya.
Lantaran kenaikan harga BBM, dia memastikan daya beli masyarakat menjadi rendah karena beban pengeluaran mereka bertambah. "Rakyat dibikin miskin dulu baru pelan-pelan dikurangi penderitaannya."
Pemerintah boleh berkilah dengan alasan apapun. Tapi bagi sebagian besar masyarakat kecil, seperti Yuni, Jokowi bukan lagi kita. Bahkan dia telah menjauh dari kita.Jokowi tidak prorakyat,itu hanya ada pada saat kampanye.
Belum cukup sebulan Joko Widodo Selasa malam pekan lalu mengumumkan harga baru untuk bensin premium dan solar. Kedua bahan bakar tersebut sama-sama naik Rp 2 ribu. Premium menjadi Rp 8.500 per liter dan solar Rp 7.500.
"Ternyata semua presiden sama saja. Baru naik udah naikin harga BBM (bahan bakar minyak)," ungkap Yuni, buruh cuci yang berupah setengah juta rupiah. Dia menambahkan tadinya menaruh harapan besar kepada mantan gubernur Jakarta dan wali kota Solo tersebut.
Sudah dari awal dia kepincut dengan Joko Widodo yang digambarkan oleh berbagai macam media sebagai pemimpin prorakyat, dekat dengan rakyat, dan sederhana. Dia mulanya yakin jika Joko Widodo terpilih bakal memperjuangkan nasib rakyat kecil seperti semboyan partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), membela wong cilik.
Sampai-sampai selama masa kampanye tercipta lah slogan Jokowi adalah kita atau rakyat. Lewat slogan tersebut, tim kampanye ingin meyakinkan pemilih Jokowi adalah rakyat dan dekat dengan rakyat.
"Tapi sudah kepilih, dia malah susahin rakyat," ungkap ibu empat anak itu.
Anggota Komisi VII Bidang Energi Dewan Perwakilan Rakyat Aryo Djojohadikusumo menyesalkan keputusan pemerintah tersebut. Dia menyebut pengalihan subsidi BBM menjadi Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, dan Kartu Keluarga Sejahtera tidak relevan.
Dia menyebut kenaikan harga bahan bakar bersubsidi ini berlawanan dengan harga minyak dunia yang turun. "Di seluruh dunia harga minyak turun, kenapa Indonesia satu-satunya negara yang menaikkan harga BBM. Tidak ada logika ekonomi dan logika pasar," ungkapnya.
Lantaran kenaikan harga BBM, dia memastikan daya beli masyarakat menjadi rendah karena beban pengeluaran mereka bertambah. "Rakyat dibikin miskin dulu baru pelan-pelan dikurangi penderitaannya."
Pemerintah boleh berkilah dengan alasan apapun. Tapi bagi sebagian besar masyarakat kecil, seperti Yuni, Jokowi bukan lagi kita. Bahkan dia telah menjauh dari kita.Jokowi tidak prorakyat,itu hanya ada pada saat kampanye.
LIKE & SHARE
0 Response to "Pro-Rakyat hanyalah slogan"
Posting Komentar