Salah seorang dari dua terpidana mati narkoba asal Australia yang dikenal dengan sebutan Duo Bali Nine, yaitu Myuran Sukumaran mengatakan dia menolak matanya untuk ditutup ketika eksekusi dilakukan pada Rabu dini hari nanti.
Kabar tersebut datang dari teman dekat Myuran Sukumaran, Ben Quilty, seniman Australia yang mengajarkan dia melukis. Menurut Quilty, Sukumaran mengatakan dia ingin memperlihatkan keberanian dan martabatnya di depan para algojo eksekutor.
"Saya tahu dia tidak ingin ibunya berpikir dia pengecut pada saat-saat terakhirnya," tutur Quilty.
Menurutnya, Myuran Sukumaran selalu mengatakan dia akan menatap langsung para algojonya.
"Dia akan menghadapinya dengan penuh martabat," ungkap Quilty.
Ketika dia dikeluarkan dari selnya di Lapas Nusakambangan untuk menghadapi eksekusi pada Rabu dini hari nanti, ungkap Quilty, Myuran Sukumaran akan lebih banyak mengingat ibunya.
"Dia ingin ibunya berpikir dia sebagai anak pemberani dan kuat serta bermartabat. Dia ingin ibunya bangga punya anak seperti dia," ungkap Quilty.
"Dia selalu bilang, dia sudah berbuat kesalahan fatal. Menurut saya dia sudah memaafkan dirinya sendiri atas kesalahannya tersebut. Tapi dia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya karena sudah membuat ibu, adik perempuan, dan adik laki-lakinya menderita."
Setiap terpidana mati diperbolehkan memilih berdiri, berlutut atau duduk ketika akan dieksekusi. Mereka juga diperbolehkan meminta mata ditutup atau tidak. Setiap terpidana mati akan ditembak pada bagian jantungnya oleh 12 algojo. Namun dari 12 algojo tersebut hanya tiga orang yang senjatanya berisi peluru tajam. Dengan begitu penembak sebenarnya tidak bisa diketahui.
LIKE & SHARE
0 Response to "Myuran Sukumaran tolak tutup mata saat di eksekusi"
Posting Komentar